Illustrasi: (Dok.Net) |
Hari ini ada tes kesenian, semua
siswa wajib memainkan alat musik apa saja yang mereka bisa. Tentu saja, Farid
menunjukan kehebatan bermain gitarnya dengan lagu Semua Tentang Kita-Peterpan.
Ketika dia selesai bermain gitar, semua temannya memberi tepuk tangan tanda
mereka menyukainya. Banyak temannya yang meminta diajari, tapi dia selalu
menolaknya.
“Rid, tadi main gitarnya kereeeen
banget! Aku pengen dong diajarin gitar biar hebat seperti kamu! ” ujar Reza,
teman sebangkunya.
“Iya lah Farid gitu lho! What? Kamu
minta diajarin gitar? NO NO NO! Kamu berani berapa minta diajarin gitar? Hah!” Jawab
Farid dengan nada sombong.
Farid selalu mendapatkan apa yang
dia inginkan. Handphone, gitar, laptop, semuanya yang diinginkan pasti
didapatkannya dalam waktu yang singkat. Farid tidak pernah dibully karena
kehebatannya. Dia tidak pernah mendapatkan kritikan sehingga ia menganggap
bahwa dirinyalah yang paling hebat. Yang ia dapatkan hanyalah pujian-pujian
menyesatkan yang membuat Farid menjadi malas belajar, dan sudah merasa cukup
dengan kepintarannya.
“Rid, aku hari ini ke rumah kamu ya!
Kita belajar bareng untuk ulangan matematika besok” ajak Rudi, teman sekelasnya
sekaligus tetangganya.
“Hmmm.. Ga bisa Rudi, hari ini aku
ada les gitar. Lagian, untuk ulangan besok aku tidak perlu belajar. Aku pasti
dapat nilai tertinggi di kelas! Sorry ya! “ jawab Farid sombong.
Sepulang sekolah, farid langsung
menuju tempat les gitarnya. Pulang dari tempat les, dia langsung bermain bola
dan lupa kalau besok ada ulangan. Bermain bola memang asyik, tapi harus ingat
waktu. Farid baru selesai bermain bola setelah adzan maghrib berkumandang, padahal
dia bermain bola dari jam 3.
Besok ada ulangan matematika. Bukan
buku yang ditangannya tapi malah stick game yang asyik dia mainkan. Padahal
materi untuk ulangan besok sangatlah sulit. Tapi dia tidak berpaling sedikitpun
dari layar komputernya. Walaupun Papa dan Mamanya sudah mengingatkan, Farid
tidak menghiraukannya.
Sudah saatnya ulangan matematika
dimulai. Farid membuka lembar soal dengan sombong. Dilihatnya soal satu per
satu tapi tidak ada rumus matematika yang dia ingat. Yang dia ingat hanya trik
untuk mengalahkan lawannya ketika bermain game online yang semalaman dia
mainkan.
“Rid, soalnya mudah sekali ya! Kamu
pasti dapat nilai 100”
“Hahaha iya lah, waktu aku kelas 3
aku bisa mengerjakannya. Bahkan aku dapat 1000! “ Farid menjawabnya sambil
gemetaran.
Pembagian hasil ulangan hari ini.
Seperti biasanya, yang dipanggil pertama adalah yang mempunyai nilai terendah.
Kali ini Farid dipanggil pertama. Dan dia melihat ke pojok atas angka 1
berwarna merah terpampang jelas. Dia sangat menyesal atas apa yang telah
terjadi padanya.
Setelah kejadian itu, dia sadar
bahwa dia bukanlah orang terpintar, bukan juga orang terhebat. Pujian-pujian
yang diterimanya hanyalah membuat Farid malas belajar. Dia berjanji, dia tidak
akan sombong lagi, dan jika ada yang meminta diajari gitar pasti dia
mengajarinya. Dia meminta maaf kepada temannya yang pernah dia sakiti.
AKU
TIDAK BUTUH PUJIAN. PUJIAN HANYA BISA MENYESATKANKU. SEKARANG AKU TIDAK AKAN
MENGHIRAUKAN PUJIAN YANG SELALU AKU TERIMA!!! Tulisan itu ada pada buku
diarynya, dan ia tulis dengan huruf kapital supaya dia selalu mengingatnya.
Terdepan ri <3
BalasHapus