Senin, 22 Mei 2017

Angan Senja Selalu Menanti Senyum Pagi

Judul                : Angan Senja & Senyum Pagi
Penulis             : Fahd Pahdepie
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Penerbit           : Falcon
Tebal               : 353 halaman
             Novel ini mengisahkan tentang cinta sepasang remaja yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. Sang pria yang bernama Angan Senja, Si Juara Matematika Nasional dan seorang wanita yang bernama Senyum Pagi, Si Gadis Populer. Berawal dari pertemuan di bangunan belakang sekolah ketika SMA dahulu saat mereka membolos bersamaan. Kemudian benih-benih cinta tumbuh diantara mereka. Namun mereka tak sempat saling mengungkapkan hingga waktu memisahkan mereka.
            Tujuh belas tahun kemudian mereka dipertemukan dengan cara yang sederhana. Banyak yang berubah diantara keduanya. Pagi yang menjadi single parent dengan seorang anak perempuan dan Angan yang menjadi pengusaha muda yang sukses. Namun ada satu yang tidak berubah dan tidak akan pernah berubah, perasaan mereka. Pertemuan itu membuat mereka melayang melintasi waktu yang mengingatkan pada kenangan 17 tahun lalu.
Tentang Angan dan Pagi yang menari ketika hujan. Tentang Angan dan Pagi yang pergi ke tempat kaset bersamaan. Tentang Angan dan Pagi yang mendengarkan musik hanya berdua. Dan tentang Angan Senja yang tak pernah berhenti menanti Senyum Pagi. Tetapi saat mereka bertemu, Pagi hendak menikah. Dan Ibun pun menginginkan Angan menikahi Dini, gadis yang merawat dan menemani Ibun ketika sakit, yang ia tulis dalam wasiatnya. Akankah Angan menjalankan wasiat Ibun? Apa yang akan terjadi pada kisah mereka selanjutnya?
Membaca novel ini serasa naik hysteria, melesat naik turun. Penulis dapat membuat pembaca melibatkan emosinya.  Dari novel ini, kita harus belajar bagaimana mengikhlaskan orang yang kita cintai untuk orang lain. Selamat membaca dan selamat menikmati roller coaster perasaan.
--
Tertanda, Qza
Pameungpeuk,

Senin, 22 Mei 2017 18:15

Kamis, 16 Juni 2016

Tugas Menghantuimu

Illustrasi: (Dok.Net)

Hening. Malam yang hening. Hanya ada suara tuts keyboard laptopku. Tugas membuat puisi hampir selesai. Ku baca ulang puisiku. Ada beberapa kata yang kurang tepat. Mataku sudah tidak mau berkompromi lagi. Aku putuskan, besok pagi dilanjutnya. Baru saja aku rebahkan tubuhku di kasur, tiba-tiba aku mendapat pesan.
Dari: Citra
Assalamu’alaikum Sheila.. Aku baru dapat kabar, tugas Seni Budaya harus dikumpulkan besok. Pak Rudi izin minggu depan. Selamat mengerjakan Sheila^^
Astagfirullah. Tugas dikumpulkan besok? Aku belum dapat ide buat gambar sketsa. Aduh, bagaimana ini?  Meskipun mataku sangat lelah, aku langsung mengambil buku gambar dan pensil. Sudah mencoba beberapa kali menggambar tapi tetap saja belum ada ide. Disaat sedang seperti ini, aku mendapat pesan lagi.
Dari: 0898xxxxxxx
Temui aku besok di belakang sekolah. Kau harus datang sendirian.
Nomor ini lagi? Maunya apa sih? Sudah seminggu menerorku. Huh dasar orang gaada kerjaan. Tapi kenapa aku jadi takut? Toh, ini cuma dari orang iseng. Ah sudahlah, lebih baik kulanjutkan tugas gambarku. Alhamdulillah, tugas Seni Budaya sudah selesai. Waktunya tidur. Ketika aku akan memejamkan mataku, aku mendapat pesan lagi.
Dari: Sofia
Assalamu’alaikum Sheila.. Tugas PKN sudah selesai belum? Tinggal kamu yang belum  mengumpulkan. Besok terakhir dikumpulkan. Maaf  mengganggumu Shei, terima kasih.
Aku mengecek tugas PKN di laptopku. Untung saja sedikit lagi. Aku selesaikan tugas PKN malam itu juga. Ah, tinggal di print. Aku turun ke kamar Ayah untuk mengeprint tugasku. Kebetulan ayah belum tidur waktu itu.
“Mau apa Shei?”
“Print tugas, yah”
“Tintanya habis sayang. Ayah belum sempat mengisi. Punya kakak sepertinya masih ada”
“Kakak sudah tidur, yah. Bukannya baru diisi dua hari yang lalu?”
“Ayah ngeprint banyak sekali laporan keuangan, sayang. Lagian kamu kenapa bukan dari kemarin ngerjain tugasnya? Kebiasaan, ngerjainnya mendadak”
Aku naik lagi ke kamarku. Aku lihat kakak sedang bangun, aku masuk ke kamarnya. Untung saja, tintanya masih ada. Segeralah aku print tugas PKN itu. Alhamdulillah, tugas untuk besok sudah selesai. Akhirnya tidur juga.
Besoknya aku pergi ke sekolah seperti biasa. Ketika aku tanya teman-temanku tentang tugasnya, mereka menjawab “Tugas dikumpulkan minggu depan. Hari ini semua guru rapat,” Berarti Citra dan Sofia mengerjaiku. Ketika aku sedang mencari mereka, aku dapat pesan dari nomor itu lagi.
Dari: 0898xxxxxxx
Ke belakang sekolah sekarang, cepat!!
Aku lari kebelakang sekolah secepat yang aku bisa. Ketika sampai disana, tidak ada siapapun. Setelah beberapa saat, tiba-tiba datang teman-temanku sambil membawa kue dan menyanyikan lagu Happy Birthday. Disana ada Citra, Sofia, dan Chiara. Pasti ini kerjaan mereka. Aku hendak marah, tapi mereka langsung memelukku. Tak kuasa aku memarahi ketiga sahabatku ini.

Ternyata mereka semua mengerjaiku. Sofia dan Citra sengaja mengirim pesan seperti itu padaku padahal mereka tahu hari ini semua guru rapat. Mereka mengirim pesan itu, supaya aku tidak lagi mengerjakan tugas mendadak. Tidak lagi mengerjakan semaunya. Tidak menumpuk tugas hingga menggunung. Kata mereka, mengerjakan tugas itu sedikit-sedikit, supaya tidak terasa capenya. Chiara sudah mempersiapkan ini semua. Dia menghapus nomornya di ponsel milikku. Ini kado terindah di 14 Tahunku. Ahh, aku makin sayang pada tiga sahabatku ini. Terima Kasih sudah mengingatkanku ya^^

Senin, 14 Maret 2016

Aku Tidak Butuh Pujian

Illustrasi: (Dok.Net)

             Farid adalah seorang anak laki-laki kelas 8i yang jago bermain gitar, jago fisika, dan juga matematika. Disamping itu, dia juga termasuk lelaki yang tampan dan berasal dari keluarga yang berada. Tak heran banyak siswa yang tergila-gila padanya. Mereka bukan hanya tergila-gila, tapi mereka sering memuji kehebatan yang Farid miliki. Karena hal ini, Farid berfikir bahwa semua orang yang dikenalnya remeh, tidak ada apa-apanya dibanding dengan dirinya. Dia juga berfikir bahwa dia adalah orang yang paling sempurna.
            Hari ini ada tes kesenian, semua siswa wajib memainkan alat musik apa saja yang mereka bisa. Tentu saja, Farid menunjukan kehebatan bermain gitarnya dengan lagu Semua Tentang Kita-Peterpan. Ketika dia selesai bermain gitar, semua temannya memberi tepuk tangan tanda mereka menyukainya. Banyak temannya yang meminta diajari, tapi dia selalu menolaknya.
            “Rid, tadi main gitarnya kereeeen banget! Aku pengen dong diajarin gitar biar hebat seperti kamu! ” ujar Reza, teman sebangkunya.
            “Iya lah Farid gitu lho! What? Kamu minta diajarin gitar? NO NO NO! Kamu berani berapa minta diajarin gitar? Hah!” Jawab Farid dengan nada sombong.
         Farid selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Handphone, gitar, laptop, semuanya yang diinginkan pasti didapatkannya dalam waktu yang singkat. Farid tidak pernah dibully karena kehebatannya. Dia tidak pernah mendapatkan kritikan sehingga ia menganggap bahwa dirinyalah yang paling hebat. Yang ia dapatkan hanyalah pujian-pujian menyesatkan yang membuat Farid menjadi malas belajar, dan sudah merasa cukup dengan kepintarannya.
            “Rid, aku hari ini ke rumah kamu ya! Kita belajar bareng untuk ulangan matematika besok” ajak Rudi, teman sekelasnya sekaligus tetangganya.
            “Hmmm.. Ga bisa Rudi, hari ini aku ada les gitar. Lagian, untuk ulangan besok aku tidak perlu belajar. Aku pasti dapat nilai tertinggi di kelas! Sorry ya! “ jawab Farid sombong.
            Sepulang sekolah, farid langsung menuju tempat les gitarnya. Pulang dari tempat les, dia langsung bermain bola dan lupa kalau besok ada ulangan. Bermain bola memang asyik, tapi harus ingat waktu. Farid baru selesai bermain bola setelah adzan maghrib berkumandang, padahal dia bermain bola dari jam 3.
            Besok ada ulangan matematika. Bukan buku yang ditangannya tapi malah stick game yang asyik dia mainkan. Padahal materi untuk ulangan besok sangatlah sulit. Tapi dia tidak berpaling sedikitpun dari layar komputernya. Walaupun Papa dan Mamanya sudah mengingatkan, Farid tidak menghiraukannya.
            Sudah saatnya ulangan matematika dimulai. Farid membuka lembar soal dengan sombong. Dilihatnya soal satu per satu tapi tidak ada rumus matematika yang dia ingat. Yang dia ingat hanya trik untuk mengalahkan lawannya ketika bermain game online yang semalaman dia mainkan.
            “Rid, soalnya mudah sekali ya! Kamu pasti dapat nilai 100”
            “Hahaha iya lah, waktu aku kelas 3 aku bisa mengerjakannya. Bahkan aku dapat 1000! “ Farid menjawabnya sambil gemetaran.
            Pembagian hasil ulangan hari ini. Seperti biasanya, yang dipanggil pertama adalah yang mempunyai nilai terendah. Kali ini Farid dipanggil pertama. Dan dia melihat ke pojok atas angka 1 berwarna merah terpampang jelas. Dia sangat menyesal atas apa yang telah terjadi padanya.
            Setelah kejadian itu, dia sadar bahwa dia bukanlah orang terpintar, bukan juga orang terhebat. Pujian-pujian yang diterimanya hanyalah membuat Farid malas belajar. Dia berjanji, dia tidak akan sombong lagi, dan jika ada yang meminta diajari gitar pasti dia mengajarinya. Dia meminta maaf kepada temannya yang pernah dia sakiti.
     AKU TIDAK BUTUH PUJIAN. PUJIAN HANYA BISA MENYESATKANKU. SEKARANG AKU TIDAK AKAN MENGHIRAUKAN PUJIAN YANG SELALU AKU TERIMA!!! Tulisan itu ada pada buku diarynya, dan ia tulis dengan huruf kapital supaya dia selalu mengingatnya.